Friday, February 24, 2012

aku biasa

aku dihadapkan oleh sebuah kebiasaan baru
kebiasaan yang membuatku terbiasa
dan kujalani sebagai orang biasa
memaksaku untuk menjadi terbiasa
dengan biasa saja harusnya akan menjadi luar biasa
jikalau aku dapat memilih,
aku ingin kebiasaan ini dapat menjadi hal yang luar biasa
luar biasa aku dapat mengubah hal yang biasa
bukan tak mungkin,
itu mungkin
selama aku dapat terbiasa 
dengan cara biasa
agar menjadi luar biasa



Sunday, February 19, 2012

aku begah...

sejenak aku terlelap dalam kelelahan.
sejuta kenangan pahit yang telah sirna,seolah kembali menghantui
dalam mimpi..aku terduduk pilu..
hadi pula setangkai bunga dengan kelopaknya yang berguguran
aku mencoba berlari..
berkatapun aku tak sanggup lagi..
air mataku terurai sekali lagi..
aku berlari menuju kamu..
Tuhan..haruskah aku terus berlari?
aku lelah...
aku ingin berjalan..
atau diam dijalanku
aku tidak ingin berhenti sampai disini..
aku hanya ingin berjalan sejenak..
aku lelah..
aku begah..













sedetik pun tak lupa

Di lentik jemarimu, rengkuh genggamanku memudar,
 dan kini rindu menularkan sakit kesepian. 
Dan, tujuanku tak kemana. 
Di pinggir bibirmu, kuingin menepi.
Berteduh dari rindu yang mengaduh. 
Sesering kita mengingkari hati, 
 sedalam tak terukur kita membodohi diri sendiri.
Sedalam inginku berlari mengingkari, 
 secepat getarku kembali bertekuk lutut di hatimu, satu-satunya. 
Sedetik tak lupa, sekujur tubuhmu adalah segenap ingatan yang mencetak satu rindu, sebenarnya. 




(Moammar Emka dalam DEAR YOU, halaman 328-329)

Sejuta Rindu di 'rumah' Papa..

Sore ini setelah puluhan hari lamanya aku tidak main kerumah papa. Ya..'rumah' mungkin aku terlalu naif menyebutnya 'rumah'. Entah kenapa hingga saat ini aku masih belum ingin  mengatakan 'tempat terakhir'nya itu dengan tempat yang biasa disebutkan banyak orang.
Mungkin ini adalah saat-saat dimana aku tengah membutuhkan dirinya.. sungguh membutuhkan dia..
terkadang aku iri ketika teman - teman sebayaku bercerita tentang kebersamaan mereka dengan ayahnya..
aku seperti anak kecil ya?hehehe..
Hingga sore ini aku memutuskan untuk mengunjungi rumahnya,ya..rumah terakhirnya.
Kupercepat langkahku menuju tempatnya berbaring. Jiwaku terlantakan sekejap..dan aku terduduk lesu di samping nisan papa..
Tak sadar air mata ini bergulir deras..ya..dan aku kembali menjadi gadis kecilnya yg cengeng.. menjadi Ajeng beliau sangat kenal..
Aku mengoceh seperti anak remaja yang tengah menuliskan cerita pada sebuah buku diary..
Aku menangis seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan yang kuinginkan..
Aku merengek seperti balita yang diabaikan.
Aku benar-benar menumpahkan segala emosi yang ada..
Tangisku terhenti, bersamaan dengan suara orang mengaji di surau..dan aku tersadar bahwa adzan  maghrib akan segera berkumandang..
Ya Allah.. aku merasa ini sebuah kesalahan...
Aku datang membawa air mata dan segala emosi yang bergejolak..
aku menemuinya bukan untuk membawa berita bahagia untuknya..
Ya Allah..jiiwa ini sungguh rindu beada didekapnya..
Izinkan aku bertemu dengannya meski hanya dalam bunga tidur..
Beri aku umur panjang untuk berkunjung lagi ke 'rumah' beliau..untuk menyampaikan berita bahagia..
Jaga ia di sisiMU selamanya..